Sabtu, 05 Juli 2008

Akib dan Fidel : Salut

Ada seorang sahabat saya ketika kuliah dahulu yang bernama M. Akib. Secara akademis tidak ada yang menonjol dari Akib tetapi hal yang teramat istimewa pada saat itu adalah dia kuliah atas biaya sendiri dan bahkan dia menghidupi orang tua dan adik-adiknya di kampung dari hasil kerjanya sendiri.

Menjadi sangat istimewa karena dia kuliah di pagi dan siang hari dan bekerja di malam hingga subuh menjelang, yang menyisakan sedikit sekali waktu untuk beristirahat sekedar melepas penat.

Hal ini berlanjut hingga semester ke-5, hingga akhirnya tuntutan memenuhi kebutuhan hidup lebih mendesak untuk dipenuhi. Dengan sangat terpaksa impian menjadi arsitek (semoga hanya sementara) digantung.

Berita terakhir yang saya dengar, Akib memulai usaha reklame di sekitar kawasan Senen.

Lain halnya dengan Fidel. Dia adalah peserta Lomba Keterampilan Siswa SMK yang baru saja digelar di Makassar dari propinsi Papua Barat.

Menjelang waktu pengumpulan berkas hari kedua, dia dirundung masalah fatal, bagian penting pekerjaannya secara tidak sengaja terhapus. Dikala beberapa rekan lainnya memutuskan untuk mengundurkan diri saja dari lomba karena merasa tidak dapat menyelesaikan lomba, ditengah tekanan yang luar biasa, dia justru bersikukuh untuk melanjutkan pekerjaan, walaupun harus berkeringat agak lebih banyak.

Dan berhasil! Dia berhasil mengumpulkan karyanya dan tentu mendapatkan point penilaian.

Fidel memang tidak berhasil meraih tropi atau medali, karena ada peserta lain yang berhasil mengumpulkan point lebih banyak. Tetapi Fidel mempunyai mental yang baik. Mental yang pantang menyerah. Yang menurut saya adalah mental Juara.

Orang seperti Akib dan Fidel selayaknya menjadi juara. Sekalipun jawara tidak selamanya meraih tropi sebagai bentuk penghargaan.