Rabu, 09 November 2016

Diskusi Maya

Hari ini saya merindukan suasana di awal tahun 2000an dimana diskursus melalui milis mulai marak sedang hari ini sudah bergeser ke dalam grup-grup kecil baik melalui whatsapp, bbm atau melalui media sosial.

Diskusi melalui milis tidak dituntut untuk gegas merespon, boleh diendapkan dahulu topik atau isu yang sedang diperbincangkan, dipikirkan apa yang akan disampaikan sehingga ada kecenderungan diskursus berlansung bernas, walau agak lama dan panjang namun mendalam.

Milis walaupun secara medium dilakukan secara maya, namun ada terbangun kesadaran bahwa kehadirannya ada di ruang publik sehingga secara alamiah berlaku pula norma dan etika bertatalaku di ruang publik maya. layaknya ruang publik maka isi kepalanya pun beragam, dan kecenderungan heterogen.

Hari ini diskusi-diskusi tersebut sudah lebih banyak bergeser ke dalam ekosistem yang lebih kecil melalui aplikasi kirim pesan seperti whatsapp dan sejenisnya. Mulai ada kecenderungan homogen karena berkumpul atas dasar minat dan pemahaman yang serupa, dan dituntut untuk gegas merespon. Terlambat memberikan respon, topik pembicaraan bisa saja sudah bergeser ke utara, atau barang kali ke barat. Respon yang terburu-buru mungkin yang membuat diskusi seperti tidak lagi dirasa mendalam.

Sedang diskusi di media sosial memang tidak dituntut untuk gegas, karena dapat melekat dalam waktu yang agak panjang, namun yang hilang adalah sifatnya sebagai ruang publik.

Media sosial seperti facebook misalnya serasa membuat yang bersangkutan seperti di halaman pekarangannya sendiri, masih di dalam pagar, namun dapat berinteraksi dengan orang yang lalu lalang dijalan di depannya. Ada kalanya satu atau dua orang membuka kedai di halaman itu dengan harapan orang yang melintas ada yang terpikat dan berhenti sejenak.

Tetapi tidak pula sedikit pula yang berlaku layaknya kanak-kanak yang sedang bermain di kamar di lantai 2. Melihat keluar jendela, ada tukang bakso yang lewat seraya teriak memanggil "Bang bakso, beli..!!" lalu lari bersembunyi sambil terkekeh melihat tingkah si abang bakso yang bingung mencari dari mana asalnya suara.

Kamis, 18 Agustus 2016

dirimu

Dirimu,
Adalah alasan mengapa aku berada ditengah padang
ke tengah gelanggang kau tarik diriku serta
dari satu pertarungan menuju lainnya
bergumul kita dengan masa

Dalam masa,
satu per satu kepingan kita rajut
semakin lama semakin dalam
dari satu petunjuk menuju lainnya
semakin lama jenuh datang

ya memang, kuteruskan pertarungan itu
Di dalam pertarungan yang tiada nyata ini saja
aku kehilangan mu
Entah apa jadinya kalau kenyataan yang menghampiri
selalu dapat kupasang paras berpura-pura
walau hati tiada pernah bisa kukelabui

Senin, 25 Juli 2016

Ah Januari....

Ah Januari,
Entah rasa apa yang harus kutanam padamu

pada masa pertama,
orang menghamburkan pesta,
banyak yang tergelak tiada mengerti mengapa
masa keduamu ada senyum bahagia,
ketika cinta telah berbuah kali pertama
dalam dekapan mencari kehangatan
dua pasang mata saling memandang
kali pertama mencoba untuk berkenalan

namun masa ketiga menjelang akhirmu 
airmata kujadikan tinta dalam ingatan batinku
akan kedua buah bola mata sayu
yang dahulu pernah tajam memandang hidup
akan kulit berkerut yang dahulu keras dan kasar
tempat kami menyandarkan hidup
akan kedua kaki renta yang dahulu kuat menopang
akan sebuah jiwa besar
yang dahulu kami berenang-renang di dalamnya

pada masa ke empat,
adalah kali pertama kupekakan tangis

Ah Januari...
kutulis engkau di bulan Juli