Rabu, 28 Juli 2010

Karena KTP

Ini sekedar mengingatkan kita, bahwa Allah menitipkan hak orang lain dari rezeki yang kita terima. Berita serupa dapat dilihat di sini

PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah.

Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta - Bogor pun geger

Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn).
Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.

Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. “Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari”. Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.

Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.

Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet. Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.

Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi Karen atidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor.

Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.

Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. “Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia”, ujarnya.

Selasa, 27 Juli 2010

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM KAMPANYE BANGUNAN HIJAU, KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN HIDUP DAN EKONOMI INDONESIA.

Krisis Energi
Dunia akan kehabisan energi fosil apabila kita tidak berhemat. Untuk kondisi Indonesia saja, menurut perhitungan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) cadangan minyak bumi kita hanya cukup untuk 18 tahun, cadangan gas cukup hingga 60 tahun dan cadangan batu bara cukup hingga 160 tahun. Di lain pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) belum mampu menyediakan pasokan listrik keseluruh rumah di pelosok negeri ini, bahkan fenomena pemadaman tiba-tiba karena kekurangan atau kerusakan pembangkit listrik menjadi hal yang jamak di Ibukota. Demikian pula halnya PLN belum dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk industri dan bangunan gedung, sehingga mempengaruhi produktivitas. mengurangi daya saing industri yang juga akan berakibat terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Lebih jauh dalam beberapa kasus, ketidakmampuan PLN dalam memenuhi kebutuhan akan listrik berakibat cukup serius dan dapat membahayakan kesehatan pengguna bangunan gedung tersebut. Setidaknya hal ini yang terjadi pada pada sebuah pusat perbelanjaan di Ratu Plasa, Jakarta. Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan listrik selain bersumber dari listrik negara, pengelola bangunan menggunakan tambahan generator listrik untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Dalam pengoperasiaanya generator listrik, karena tidak direncanakan semenjak semula, gas buangnya masuk ke dalam bangunan, sehingga mempengaruhi kualitas udara di dalam ruangan yang berakibat kepada kesehatan pengguna bangunan. Beberapa diantaranya terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat keracunan gas CO. Hal ini terjadi beberapa kali hingga akhirnya Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, melarang penggunaan basement pada bangunan tersebut untuk digunakan selain untuk fungsi parkir.

Rumah Hibrida, Kampanye Bangunan Hijau dan Dukungan Pemerintah
Tujuan dasar dari konsep Bangunan Hijau adalah untuk meminalisir dampak dari lingkungan binaan terhadap kesehatan manusia dan keberlangsungan lingkungan hidup dengan efisiensi penggunaan sumber daya air, energi, dan lainnya; melindungi kesehatan pengguna bangunan dan meningkatkan produktivitas; juga mengurangi limbah, polusi dan kerusakan lingkungan.

Penilaian (rating) terhadap bangunan rumah tinggal nampaknya akan lebih sulit untuk dilakukan, selain karena kemungkinan besarnya biaya penilaian, skala dan parameter yang berbeda dengan bangunan gedung lainnya. Namun walau dalam skala yang relatif kecil, secara kuantitas kumpulan bangunan rumah tinggal dapat memainkan peranan penting dalam pelestarian lingkungan dan kampanye bangunan hijau, misalnya dalam hal efisiensi energi.

Sejatinya efisiensi energi pada sebuah bangunan rumah tinggal, diawali dari bagaimana kita mendisain. Penempatan bukaan pada rumah yang sedemikian rupa sehingga terjadinya pencahayaan, dan penghawaan secara alami sehingga dapat mengurangi konsumsi energi dan juga emisi gas karena penggunaaannya. Strategi yang lainnya adalah dengan menggunakan energi alternatif, passive solar energy sehingga ketergantungan kepada sumber daya listrik yang berdasar kepada penggunaan energi fosil dapat dikurangi.
Pada bangunan rumah tinggal yang mempunyai sumber energi secara hibrida, melalui listrik negara (PLN) dan energi surya, kelebihan penggunaan listrik yang didapat dari energi surya dapat disimpan di dalam baterai atau dapat juga diteruskan ke jalur pendistibusian listrik milik PLN. Dalam pandangan saya, apabila secara kuantitas yang memadai rumah-rumah tinggal ini dapat secara bersamaan menjadi konsumen dan produsen listrik. Sebagai salah satu solusi mengatasi krisis energi.

Hal tersebut menurut hemat saya justru akan berdampak sangat positif, karena akan berdampak secara langsung terhadap pengurangan beban listrik yang harus dipenuhi oleh PLN, harga listrik yang relatif lebih murah dari harga listrik yang didapat dari swasta, beban biaya listrik masyarakat lebih rendah hingga peningkatan produktivitas yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Tetapi yang sesungguhnya menjadi tujuan utama adalah sebuah keterjaminan kelangsungan lingkungan hidup, dengan menggunakan energi secara efisien, secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, dan meminimalisasi emisi gas dan polusi. Sebuah prinsip Bangunan Hijau dapat berdampak pada ketahanan energi dan ekonomi nasional.

Hal tersebut hanya akan dapat terlaksana apabila ada dukungan dari pemerintah yang cukup memadai. Dukungan pemerintah dalam kampanye Bangunan Hijau dalam rangka pelestarian lingkungan hidup, dengan menyiapkan pranata, dan juga memberikan stimulan-stimulan dalam mewujudkan bangunan hijau akan berdampak kepada peningkatan kualitas lingkungan hidup, peningkatan ekonomi nasional dan berujung kepada kesejahteraan rakyat.