Selasa, 22 Juni 2010

Menyimak Ruang

Beberapa tahun yang lalu saya pernah sempat "menyelinap" dalam salah satu kuliah paskasarjana di Jurusan Arsitektur UI. Kebetulan, dosen yang membina mata kuliah teori dan kritik, mas Sonny Sutanto, memang salah satu arsitek dan pendidik yang cukup sering berbagi.

Dalam kuliah tersebut mas Sonny sempat menyampaikan beberapa penemuan terbesar dalam sejarah manusia. Dua dari penemuan tersebut yang masih saya ingat, yaitu Api dan Internet. Karena dua penemuan itu menyebabkan perubahan prilaku manusia.

Setelah menemukan api, manusia mulai hidup berkumpul di sekitar perapian yang disinyalir menjadi awal budaya hidup secara komunal, merubah pola hidup dari pola pemburu menjadi budaya bercocok tanam dan menetap dan kemudian berkebudayaan.

Internet, penemuan manusia yang dalam beberapa hal berhasil "menggeser" ruang publik ke dalam ruang-ruang maya. Beberapa orang lebih nyaman "berbicara" di ruang-ruang publik maya ini. Di ruang-ruang publik maya ini pula beberapa orang dapat menemukan kepercayaan dirinya. Beberapa bahkan berprilaku ofensif. Pernah pula dalam suatu ketika, dua orang remaja terlibat saling mencaci-maki di ruang publik maya, yang mungkin tidak akan terjadi di ruang publik yang nyata, hingga kini berakhir dalam proses hukum.

Arsitektur kiranya tidak luput dari dampak internet. Beberapa rekan-rekan arsitek semakin nyaman dengan dengan jurnal arsitektur online seperti dezeen atau archdaily. Internet berhasil menyamarkan batas-batas geografis antar negara, demikian pula dengan identitas arsitekturnya semakin hari semakin serupa dari tiap pelosok dunia.

Internet dalam beberapa sisi juga membuat orang lebih nyaman dalam ruang-ruang pribadinya masing-masing yang asik berinteraksi secara maya.

Tidak ada komentar: