Beberapa hari yang lalu, saya pergi membantu klien untuk mengurus izin bangunan di kompleks perumahan pengembang ternama di selatan Jakarta.
Setibanya di gedung pelayanan konsumen, kita mengutarakan niat untuk mengurus izin. Hingga mengalir perbincangan dan pada akhirnya saya menanyakan besaran biaya yang menjadi beban kami. Bapak yang melayani kita memberikan selembar kertas yang berisi informasi besaran biaya yang dikenakan kepada konsumen. Besaran sempat membuat saya terkejut, karena cukup besar, setidaknya 5 lebih besar dibanding dengan retribusi resmi yang berlaku di Jakarta. Lalu kami juga disyaratkan untuk menyerahkan uang jaminan pemiharaan lingkungan.
Sebenarnya bukan jumlah yang membuat saya terkejut, tetapi betapa tidak seimbangnya antara biaya yang dibebankan dengan layanan yang diterima. Sekalipun kami membayar uang jaminan pemilaharan lingkungan, uang keamanan "resmi", pada kenyataannya ada saja pihak lain yang meminta "uang keamanan" versi sendiri yang jumlahnya juga selangit.
Sekalipun kita memberi uang aman, tetapi pada kenyataannya kitap tetap tidak aman. Entah, hampir putus asa saya, begitu banyak hal yang tidak dapat diterima oleh nalar saya berlangsung seolah-olah itu adalah sewajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar