Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya, hanya saya ingin memberi tekanan pada hal yang berbeda.
Teringat sebuah judul sayembara yang baru saja di lansir di milis arsitektur yang cukup sibuk di Indonesia. Kata kuncinya adalah gotong royong.
Ingatan saya juga sempat melayang-layang jauh agak ke belakang, ketika masih duduk di bangku kuliah. Dahulu saya sempat dijelaskan tentang bagaimana sebagian kelompok masyrakat kita membangun sebuah rumah. Ada sebuah semangat yang luar biasa, sehingga setipa individu di dalam kelompok tersebut saling membantu, bahu-membahu membangun rumah bagi saudaranya yang lain. Seringkali bantuan itu tidak hanya jerih payah tenaga tetapi juga materi. Kata kuncinya adalah gotong royong.
Pagi tadi saya pergi mengunjungi lokasi rumah yang hendak kita bangun di sebuah kompleks perumahan ternama di selatan Jakarta. Setibanya kami di sana sudah ramai khalayak berkumpul. Semuanya datang dengan kendaraan roda dua. Kontras, pagi itu mereka berkumpul bukan untuk menawarkan bantuan, tetapi justru datang untuk meminta uang "aman" yang sesungguhnya bukan menjadi hak mereka.
Sepanjang perjalan pulang, saya terus berpikir. Sebenarnya apa yang salah dengan negeri kita, sampai sebuah budaya membangun yang luhur bisa berubah 180 derajat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar